Inilah situasi yang bertolak belakang di dua negara bertetangga, Indonesia dan Australia. Khususnya pandangan pemerintah terhadap pemakai sepeda motor di kota-kota besar.
Di Jakarta, pemakai sepeda motor saat ini ”pelan-pelan” dikambinghitamkan sebagai biang kemacetan.
Akibatnya muncul usulan, membatasi sepeda motor yang beroperasi berdasarkan nomor ganjil-genap mulai tahun depan. Nah, di Australia pemerintah justru mengelu-elukan dan dianggap memperkaya kehidupan kota.
Polusi dan Parkir
Menurut The State of Australian Cities Report, laporan resmi dari berbagai negara bagian, diambil dari 18 area urban paling besar, menyatakan bahwa pengendara sepeda motor dan skuter tidak banyak menimbulkan polusi dibandingkan dengan pemobil. Lainnya, tidak memadati jalan dan lahan parkir.
Saat berincang pagi ini di news.com.au, Chairman Australian Motorcycle Council Inc. (badan pengawasan dan perlindungan pengguna sepeda motor), Shaun Lennard menilai, tahun lalu Komisi Transportasi Nasional Australia membuat perkiraan yang salah. ”Mereka tidak menyebutkan pertumbuhan sepeda motor. Itu salah,” tukasnya.
Sementara itu, Menteri Transportasi Australia, Anthony Albanese, yang berganti kebiasaan - pindah dari pengemudi mobil menjadi pengendara sepeda motor - mengatakan, ”Sudah saya buktikan ketika melakukan perjalanan di Italia, kini banyak kota-kota di dunia dipenuhi dengan sepeda motor dan skuter. Hal tersebut realistis karena murah, tidak butuh banyak bahan bakar dan lahan parkir."
Di Australia, saat ini peraturan tentang penggunaan sepeda motor diarahkan untuk keselamatan. Hal ini dinilai oleh berbagai kalangan akan mengaburkan fakta: pengguna sepeda motor akan terus berkembang seiring dengan semakin macetnya jalan-jalan di kota besar.
Berdasarkan statistik, pada 2007 jumlah sepeda motor di Australia 511.966 unit. Tahun ini menjadi 709.228 atau tumbuh 38 persen. Hal tersebut menjadi indikasi, semakin banyak orang beralih ke sepeda motor!
Sumber: visordown, news.com.au